Purino SIG ITERA Kaji Dampak Tsunami pada Bangunan Permukiman dan Sarana Publik

Purino SIG ITERA Kaji Dampak Tsunami pada Bangunan Permukiman dan Sarana Publik

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Pusat Riset dan Inovasi Sains Informasi Geospasial (Purino SIG) Institut Teknologi Sumatera (ITERA) menyelenggarakan seminar daring mengkaji dampak bencana tsunami pada bangunan permukiman dan sarana publik dengan studi kasus pada tsunami Aceh tahun 2004, Palu (2018) dan Selat Sunda (2018), Selasa (15/9/2020). Seminar tersebut bertujuan mendeskripsikan dan memaparkan secara lebih spesifik dampak kejadian tsunami, yang diharapkan memberikan pemahaman dan penguatan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana.

Sebanyak 305 orang peserta berpartisipasi dalam kegiatan yang menghadirkan narasumber Koordinator Tsunami Hazard Cluster dari Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC), Dr. Syamsidik. TDMRC merupakan salah satu UPT Mitigasi Bencana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Narasumber kedua adalah Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDP) Kabupaten Lampung Selatan, Wahyu Hidayat, S.H., M.H., Seminar dimoderatori oleh Dosen Program Studi Teknik Kelautan ITERA, Trika Agnestasia Br Tarigan, S.Kel., M.T. yang juga salah satu peneliti di Purino SIG ITERA.

Dalam pemaparannya, Syamsidik yang seorang yang ahli dalam bidang model bencana tsunami menyampaikan bahwa upaya mitigasi jangka panjang dan berkelanjutan perlu dipertimbangkan dalam pembangunan kota-kota pantai di Indonesia, termasuk di Provinsi Lampung. Mengingat Indonesia merupakan kawasan rawan bencana tsunami maka perlu dilakukan upaya yang tepat untuk menghadapi bencana tsunami tersebut.

“Hal ini dapat didukung dengan mempelajari peristiwa tsunami yang pernah terjadi di masa lampau agar dapat dijadikan sebagai bahan pelajaran untuk penataan bangunan pemukiman dan fasilitas publik,” ujar Syamsidik.

Ia menyebut, beberapa tantangan yang dihadapi dalam penataan permukiman dan fasilitas publik di kawasan pantai adalah kontrol terhadap izin bangunan, tipe bangunan, dan desain bangunan yang sekaligus dapat meminimalisir risiko tsunami dan memitigasi tsunami.

“Upaya mitigasi jangka panjang dan berkelanjutan perlu dipertimbangkan dalam pembangunan kota-kota pantai di Indonesia, termasuk di Provinsi Lampung. Mengingat Indonesia merupakan kawasan rawan bencana tsunami maka perlu dilakukan upaya yang tepat untuk menghadapi bencana tsunami tersebut.”

Syamsidik juga menyebut, di tengah kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini, pandemi Covid-19 menjadi masalah yang semakin serius jika terjadi tsunami. Oleh karena itu, pemerintah setempat dan warga masyarakat perlu menambah tempat kumpul sementara dan tempat evakuasi tambahan untuk mengurai jumlah warga yang berkumpul di satu waktu jika harus dilakukan evakuasi tsunami.

Pemateri ke dua, Wahyu Hidayat menyampaikan, saat ini upaya penanganan darurat dan pemulihan awal tsunami di wilayahnya sudah dilakukan oleh tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Selatan bersama TNI/Polri, Basarnas, PMI, Tagana serta para sukarelawan. Beberapa kegiatan penanganan darurat yang sudah dilakukan terdiri dari kegiatan penyelamatan dan evakuasi, perngerahan relawan, penyiapan posko, dapur umum dan logistik, penanganan pengungsi serta pembukaan jalur transportasi yang tertutup akibat bencana tsunami.

Pemulihan Pasca Tsunami

Selain itu, kerusakan infrastruktur yang terjadi di kawasan yang terkena dampak tsunami, khususnya Kabupaten Lampung Selatan sudah mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah setempat dalam penyediaan hunian sebagai pengganti rumah – rumah masayarakat yang rusak akibat bencana tsunami yang terjadi. Pemkab Lampung Selatan telah menyediakan hunian sementara (huntara) dan hunian tetap (huntap). Adapun hunian tetap saat ini sudah tersebar di empat kecamatan yaitu Kec. Rajabasa, Kec. Kalianda, Kec. Suak, Kec. Katibung dan saat ini sudah terdapat 524 unit rumah yang tersedia.

Moderator seminar, Trika Agnestasia Br Tarigan, S.Kel., M.T. menyebut Purino SIG ITERA secara umum terus memantapkan diri dalam menjawab kebutuhan pengetahuan masyarakat Indonesia tentang kesiagaan bencana, pengurangan resiko bencana dan tanggap darurat terhadap bencana tsunami yang rentan terjadi di kawasan pantai Indonesia khususnya Provinsi Lampung.

Seminar daring tersebut merupakan rangkaian terakhir dari Seri Seminar Online Pusat Riset dan Inovasi Sains Informasi Geospasial yang telah dilaksanakan sebanyak enam kali mulai selama Juli hingga September 2020. Sebanyak 3.700 peserta telah mengikuti serangkaian seminar Purino SIG ITERA.

Adapun tema-tema yang diangkat mencakup berbagai bidang di keilmuan teknik geomatika, mulai dari penentuan batas laut, cloud computing, pengukuran akustik di dasar laut, penggunaan sistem informasi geografis untuk monitoring asset dan inventarisasi usaha, penginderaan jauh aktif untuk pengawasan pergerakan muka Bumi dan ditutup dengan pembelajaran mengenai tsunami di Aceh, Palu dan Lampung. Pelaksanaan seri seminar daring tersebut diharapkan dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi ke dalam bidang Teknik Geomatika di Indonesia secara umum. [Humas]