ITERA dan UTHM Malaysia Gandeng Kawula Muda Jadi Duta Keberlanjutan Lingkungan

ITERA dan UTHM Malaysia Gandeng Kawula Muda Jadi Duta Keberlanjutan Lingkungan

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Universiti Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM) dan Institut Teknologi Sumatera (ITERA) kembali berkolaborasi mengadakan workshop international bertajuk Duta Keberlanjutan Lingkungan. Kegiatan yang diadakan 19 – 23 Oktober 2020, secara dalam jaringan (daring) tersebut membahas isu keberlanjutan lingkungan yang ditujukan kepada kawula muda di seluruh dunia. Sama seperti pada kegiatan yang pernah diadakan sebelumnya, setiap pemuda yang mengikuti k diharapkan dapat menjadi generasi yang peduli terhadap daerahnya masing-masing.

Di hari pertama, narasumber Dr. Wesam Al Madhoun menyampaikan tentang polusi udara sebagai salah satu isu lingkungan keberlanjutan. Seperti yang saat ini terjadi, dunia tengah menghadapi pandemi Covid-19. Kasus Covid-19 telah menginfeksi sekitar 40 juta penduduk dunia, dengan angka kematian lebih dari 1 juta. Namun, di balik itu, Dr. Wesam menyebut polusi udara sebetulnya tujuh kali lebih mematikan daripada Covid-19. Polusi udara, menyebabkan tujuh juta angka kematian setiap tahunnya.

“Itulah mengapa polusi udara disebut sebagai pembunuh mematikan. Sebab dapat menimbulkan stroke, pneumonia, serangan jantung, kanker paru dan masalah Kesehatan lainnya. Namun selain itu, ada efek domino lainnya yakni aspek ekonomi,”ujar Wesman.

“Itulah mengapa polusi udara disebut sebagai pembunuh mematikan. Sebab dapat menimbulkan stroke, pneumonia, serangan jantung, kanker paru dan masalah Kesehatan lainnya. Namun selain itu, ada efek domino lainnya yakni aspek ekonomi.”

Ia menyampaikan bahwa, |kesehatan yang baik dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Alasannya adalah, sedikit orang akan meninggal dini, sehingga populasi manusia di usia kerja akan meningkat. Saat orang-orang lebih sehat, tidak sakit, pekerja tidak akan terganggu dengan mengurusi kondisi Kesehatan baik dirinya ataupun keluarganya.

Bonus Demografi

Berdasarkan rilis Bappenas, Indonesia diprediksi akan mendapatkan bonus demografi di tahun 2030-2040 dimana SDM di usia produktif akan lebih banyak dari yang tidak. Luapan SDM ini haruslah diimbangi dengan pengembangan kualitas SDMnya baik dari segi pendidikan pengetahuan dan keterampilan. Namun satu hal yang mungkin kita lupa, mereka juga butuh dipersiapkan untuk sehat jasmani. Itulah mengapa, kita harus mempertimbangkan dampak dari polusi udara sedini mungkin.

Pembicara lain, Prof. Shahbaz Khan memberikan pidatonya tentang memperkecil kesenjangan dalam pembangunan berkelanjutan. Menurut Prof. Shahbaz saat ini kita sedang menghadapi ketidakseimbangan parah antar kelas manusia. Berdasarkan data Unesco, 1% Orang terkaya di dunia memiliki 40% dari asset global, 50% orang termiskin didunia hanya memiliki 1% kemakmuran, dan kaum wanita hanya dapat mengumpulkan 10% dari pendapatan global.

“Tak hanya itu, disaat pengobatan modern berhasil menyembuhkan banyak sekali penyakit ganas, jutaan orang meninggal setiap tahunnya karena tak sanggup untuk membayar pengobatan medis dari penyakit yang sebenarnya dapat disembuhkan,” ungkap Prof. Shahbaz.

Disaat negara berkembang menghasilkan makanan berlimpah, triliunan orang di belahan dunia lain menderita kelaparan. Permasalahan kesenjangan dan lainnya ini merupakan permasalahan dunia, dimana tidak ada batas negara untuk dapat menyelesaikan ini bersama-sama. [Humas]