Hadapi Covid-19, Belajar dari Spanyol

Hadapi Covid-19, Belajar dari Spanyol

Print Friendly, PDF & Email

Handoyo, S.SI., M.T.
(Dosen Teknik Geofisika ITERA, Mahasiswa Doktor di Universitas De Barcelona, Spanyol)

Spanyol adalah salah satu negara dengan jumlah kasus positif dan meninggal dunia tertinggi akibat Covid-19. Sejak Maret 2020 sampai Juni 2020, jumlah kasus Covid-19 mencapai lebih dari 239 ribu positif dan sekitar 27 ribu lebih meninggal (Elmundo). Pemerintah Spanyol baru menerapkan kebijakan lockdown, social distancing, atau PSBB (di Indonesia) sejak 16 Maret 2020. Kebijakan ini dinilai terlambat mengingat pada waktu yang bersamaan korban Covid-19 di Italia telah masif dan beberapa negara Eropa lain telah menerapkan kebijakan social distancing.

Kebijakan ini diambil setelah pada akhir Februari 2020 jumlah kasus positif Covid-19 terus meningkat. Pada awal diterapkan social distancing, banyak pula warga yang melakukan panic buying dalam berbelanja masker, tisu, dan hand sanitizer. Selain itu, warga Spanyol masih saja ada yang abai dengan peraturan yang telah dibuat pemerintah. Masih banyak aktivitas orang dalam jumlah besar, seperti festival kebudayaan dan peringatan hari wanita sedunia di Spanyol.Baru sejak pertengahan Maret, ketika berita resmi dari pemerintah terus mengabarkan peningkatan jumlah kasus positif Covid-19 dan yang meninggal dunia, masyarakat mulai sadar dan paham bahwa mereka perlu membatasi aktivitas sosial untuk sementara waktu.

Di Barcelona, pemerintah kota setempat aktif mengampanyekan gerakan untuk tetap di rumah. Kepolisian dikerahkan berpatroli ke sudut-sudut kota untuk memastikan tidak ada kerumunan. Warga dibatasi pergerakannya hanya untuk pergi berbelanja atau ke rumah sakit. Protokoler kesehatan seperti menggunakan masker dan menjaga jarak antrean sekitar 1,5 meter sudah menjadi pemandangan lazim selama pembatasan sosial.

Yang menarik adalah polisi di Barcelona akan memeriksa acak warga yang keluar rumah. Mereka akan mengecek kartu identitas untuk melihat alamat rumah yang bersangkutan. Bila ternyata didapatkan jarak tempuh antara alamat rumah dan lokasi diperiksa lebih dari 1 km, yang bersangkutan akan didenda 100 euro (sekitar Rp1,6 juta). Hal ini dilakukan untuk memastikan tidak ada warga yang bepergian terlalu jauh dari rumah.

Selain itu, Pemerintah Barcelona juga membuat kebijakan agar ambulans berjaga di beberapa tempat strategis untuk mengantisipasi apabila terjadi kasus baru secara mendadak dan mengharuskan untuk membawa pasien ke rumah sakit. Perlu diketahui, mungkin sama dengan di Indonesia, jumlah kamar dan rumah sakit di Spanyol tidak mampu menampung pasien Covid-19 secara normal.

Ada hal yang menarik yang terjadi di Spanyol pada pukul 22.00 setiap harinya. Orang-orang di rumah akan keluar ke balkon rumah/apartemen masing-masing untuk bertepuk tangan selama 1 menit. Hal ini dilakukan untuk memberi semangat dan ucapan terima kasih kepada polisi dan pejuang medis yang terus berjuang tanpa lelah menjadi garda terdepan dalam menangani Covid-19 ini. Ada lagi hal positif yang perlu kita tiru, warga di Spanyol relatif tidak suka menyimak berita tentang update kasus Covid-19 selain dari pemerintah. Hal ini tentu baik untuk memperoleh berita yang valid dan mengurangi rasa cemas seluruh warga karena berita yang mereka peroleh dipastikan resmi, bukan opini orang atau bahkan hoaks.

“Sejak awal Mei 2020, Pemerintah Spanyol telah melonggarkan pembatasan sosial secara bertahap mengingat tren kasus positif Covid-19 yang terus menurun. Pemerintah Spanyol memberlakukan beberapa fase pelonggaran lockdown.”

Pelonggaran

Sejak awal Mei 2020, Pemerintah Spanyol telah melonggarkan pembatasan sosial secara bertahap mengingat tren kasus positif Covid-19 yang terus menurun. Pemerintah Spanyol memberlakukan beberapa fase pelonggaran lockdown yakni (1) Fase 0 atau fase persiapan: pemerintah mengizinkan penduduknya beraktivitas di luar rumah dengan batasan tertentu, pembukaan layanan publik dengan melakukan janji terlebih dahulu, dan restoran hanya menerima pesanan dan dibawa pulang.

(2) Fase 1 atau fase awal dilakukan dengan pembukaan toko kecil hingga sedang, hotel, apartemen turis, dan tempat ibadah dengan batas 30% tempat duduk serta pembukaan sektor agro industri dan perikanan. (3) Fase 2 atau fase menengah: pembukaan area makan dalam ruangan di hotel atau restoran, pembukaan sekolah dan tempat kebudayaan, dengan pembatasan jumlah pengunjung 30% dari kapasitas tempat duduk serta berlaku pula untuk bioskop. (4) Fase 3 atau lanjutan: pelonggaran mobilitas warga, gedung pertunjukan, restoran, pertokoan menjadi 50% dengan menjaga jarak aman 2 meter serta membuka objek wisata.

Dilansir dari informasi Kedutaan Besar RI di Madrid, dengan memberlakukan aturan-aturan tersebut, dan update jumlah kasus positif Covid-19 yang terus menurun, Pemerintah Spanyol akan mulai menerima turis internasional sejak 1 Juli 2020 dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Dengan pengalaman tersebut, tidak ada salahnya kita belajar dari Spanyol. Mari kita jalankan protokol kesehatan dengan penuh disiplin dan kesadaran. []

Tulisan ini telah diterbitkan di Surat Kabar Harian Lampung Post, Sabtu (13 Juni 2020)