ITERA NEWS – Institut Teknologi Sumatera (Itera) menggelar kegiatan Peningkatan Kapasitas dan Kualitas Rohani sekaligus halalbihalal dalam rangka merayakan Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah. Acara berlangsung di Aula Gedung Kuliah Umum 1 Itera, Senin, 14 April 2025, dengan dihadiri oleh jajaran pimpinan dan sivitas akademika dalam suasana akrab dan penuh kehangatan.
Hadir dalam kegiatan tersebut Rektor Itera Prof. Dr. I Nyoman Pugeg Aryantha, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof. Dr. Eng. Khairurrijal, M.Si., Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Umum Ir. Arif Rohman, S.T., M.T., serta para pimpinan lembaga, fakultas, dan program studi. Tausiyah dalam kegiatan ini disampaikan oleh Ketua Tim Pondok Pesantren dan Ma’had ‘Aly, Kanwil Kementerian Agama Provinsi Lampung, Ustaz H. Noventa Yudiar, S.H.I., M.Sy.
Dalam sambutannya, Rektor Itera menekankan pentingnya menjaga silaturahmi dan saling memaafkan antar sesama. Ia menyampaikan bahwa hal ini menjadi jembatan penguat hubungan di lingkungan kampus. Rektor juga mengajak seluruh sivitas akademika untuk terus mempertahankan amalan-amalan baik selama Ramadan dan meninggalkan kebiasaan yang kurang baik.
“Saya berharap setelah halalbihalal ini, kita dapat lebih semangat mengembangkan Itera menjadi lebih baik dan terus menjalin silaturahmi dengan semangat kebaikan yang telah kita rasakan di bulan suci Ramadan,” ujar Rektor.
Saya berharap setelah halalbihalal ini, kita dapat lebih semangat mengembangkan Itera menjadi lebih baik dan terus menjalin silaturahmi dengan semangat kebaikan yang telah kita rasakan di bulan suci Ramadan
Sementara itu, dalam ceramahnya, Ustaz H. Noventa Yudiar mengangkat tema Mencari Makna di Balik Arti Halalbihalal. Ia menjelaskan bahwa halalbihalal sebagai tradisi khas Indonesia merupakan bentuk usaha merajut perdamaian dan mempererat ukhuwah. “Halalbihalal adalah momentum untuk memperbaiki hubungan, menyelesaikan konflik, dan mempererat ukhuwah,” tuturnya.
Dari segi bahasa, menurut Ustaz Noventa, kata halalan dalam bahasa Arab memiliki makna mendalam seperti mengurai yang kusut, meluruskan yang bengkok, mencairkan yang beku, dan menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, halalbihalal tidak hanya ritual, tetapi juga sarana pemulihan hubungan sosial.
Ia juga menyinggung makna filosofis Hari Raya Idulfitri yang identik dengan ketupat. Menurutnya, berdasarkan ajaran Sunan Kalijaga, ketupat melambangkan “Lakupapat” atau empat amalan: bertakbir memuji Allah SWT, menyucikan diri melalui zakat fitrah, melaksanakan salat Idulfitri, dan menjalin silaturahmi melalui halalbihalal. “Momen Lebaran dan halalbihalal memiliki makna yang dalam bagi masyarakat Indonesia, tidak hanya secara tradisi, tetapi juga secara spiritual dan sosial,” ujarnya.
Kegiatan ditutup dengan tradisi saling berjabat tangan antar sivitas akademika Itera, yang diiringi alunan musik hadroh dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Religi Itera, Huwannur.
Tim Liputan
Jurnalis : Faulina Dewi Anggraini ( Arsitektur )
Fotografer : Fajar Nugli Hendrawan (Teknik Material)