Menjaga Karya Saat Bekerja dari Rumah

Menjaga Karya Saat Bekerja dari Rumah

Print Friendly, PDF & Email

Oleh: Okky Fajar Tri Maryana, S.Si., M.Si.
Staf Pengajar Program Studi Fisika Institut Teknologi Sumatera

SEBAGIAN orang mungkin tidak percaya bahwa ada seseorang yang mendapatkan gelar profesor dari sebuah universitas ternama hanya dalam waktu empat tahun setelah dinyatakan lulus sarjana. Orang tersebut adalah Isaac Newton. Newton mendapatkan posisi sebagai professor lucasian dari Universitas Cambridge, Inggris, pada usia 27 tahun. Sebuah jabatan yang juga dipegang oleh fisikawan ternama, Stephen Hawking, pada masa berikutnya.

Hal menarik dari Newton adalah pencapaian tersebut ia raih berkat karya-karya besarnya yang justru tidak dilahirkan saat ia berkerja dan berkarya di lingkungan kampus. Namun, saat ia berkarya dari rumahnya, di sebuah desa di Inggris, saat negara tersebut harus lockdown. Kala itu terjadi sebuah peristiwa besar di Inggris yang dikenal sebagai The Black Death. Akhir tahun 1665 hingga 1666, sekitar 100 ribu orang meninggal dunia di London. Sebuah wabah besar akibat penyakit pes bubo (bakteri pestis yersinia) yang dibawa oleh kutu-kutu dari tikus-tikus got. Raja Charles II dan kalangan istana melarikan diri ke Oxford. Sebagian besar dokter, pengacara, pedagang, dan kaum kaya berbondong-bondong meninggalkan London. Penduduk miskin terpaksa bertahan sambil menyaksikan wabah mematikan itu menggerogoti orang-orang terdekat mereka.

Karena semua universitas ditutup, Newton pulang ke desanya di Woolsthorpe, Lincolnsire, sebuah desa yang jauh dari kota London setelah ia baru saja dinyatakan lulus sarjana dari Universitas Cambridge. Selama kuliah hingga lulus, Newton diketahui memiliki nilai studi yang biasa-biasa. Justru studi mandiri yang dilakukan di rumah pada masa lockdown tersebut yang membuatnya berhasil menemukan dan mengembangkan teori–teori kalkulus, ilmu optika, dan sumbangsih yang membuat namanya abadi hingga kini: hukum gravitasi (Rankin, 1993). Kisah Newton tersebut semestinya dapat menginspirasi kita bahwa dengan bekerja dari rumah di tengah pandemi Covid-19 yang kini tengah dialami negara-negara di dunia termasuk Indonesia kita bisa tetap berkarya, bahkan bisa lebih baik hasilnya.

Melihat kondisi kita saat ini, jutaan orang di seluruh dunia tinggal di rumah dan menjaga jarak sosial untuk mengantisipasi penyebaran pandemi Covid-19. Bahkan, banyak negara sudah memberlakukan pembatasan atau penutupan wilayah (lockdown) untuk meminimalkan pergerakan warga. Pembatasan wilayah dan menjaga jarak sosial dianggap solusi efektif untuk menekan laju penyebaran virus.

“Kisah Newton tersebut semestinya dapat menginspirasi kita bahwa dengan bekerja dari rumah di tengah pandemi Covid-19 yang kini tengah dialami negara-negara di dunia termasuk Indonesia kita bisa tetap berkarya, bahkan bisa lebih baik hasilnya.”

Bekerja dari rumah (work from home/WFH) sesungguhnya menjadi tantangan tersendiri bagi para pekerja di usia produktif. Konsep tersebut barangkali tidak dapat diterapkan sama rata untuk semua orang. Beberapa orang mungkin tidak bisa bekerja atau berkarya dengan baik tanpa ada pengawasan langsung dari atasannya (Tietze, Nadin, 2011) atau tidak bersama dengan rekan seprofesi.

Jika kita terpaksa harus bekerja dari rumah, mungkin beberapa kiat yang penulis rangkum dari perjalanan hidup Isaac Newton dapat coba diterapkan, sehingga kita bisa tetap dapat bekerja dan berkarya dengan sama baiknya bahkan lebih baik dibandingkan saat kita berkerja di kantor.

Mengelola Kreativitas

Pertama adalah menumbuhkan dan merealisasikan minat atau hobi yang selama ini belum dicoba untuk dikembangkan. Syukur jika sejalan dengan profesi atau pekerjaan yang diemban saat ini. Jika tidak, kita perlu membuat waktu khusus untuk mewujudkannya. Di tengah  situasi global yang penuh disrupsi dan tantangan berat karena persaingan yang tinggi, seni untuk mengelola kreativitas dan menjaga produktivitas tetap menjadi fondasi utama. Tidak ada yang dapat memberikan jaminan akan pekerjaan atau karier anda di masa depan. Jadi, tidak salah untuk mencoba dan mengembangkan sesuatu yang baru dari diri kita.

Selanjutnya adalah disiplin dalam mewujudkan pencapaian karya. Pada situasi seperti sekarang, target harian, mingguan, dan bulanan dapat menjadi alat yang baik untuk mengontrol kemajuan pelaksanan kerja dan karya seseorang. Tentu tidak mudah bagi kita dalam menjalankannya.

Kiat yang terakhir adalah tetap menjaga kewarasan dengan berinteraksi bersama orang lain. Ancaman terbesar dari bekerja di rumah adalah hilangnya ikatan sosial yang penting dan dibutuhkan dalam menjalin kerja sama yang produktif. Untuk mengantisipasinya, kita dapat memulainya dari keluarga di rumah. Meningkatkan kualitas kebersamaan bersama keluarga pada saat-saat seperti ini adalah suplemen terbesar kebahagian kita. Jika selama ini kita telah abai dengan kewajiban kita di rumah, karantina ini adalah saat yang paling tepat untuk memperbaiki segalanya.

Ketika bekerja dari kantor maupun dari rumah, sentuhan dan pendekatan emosional yang senantiasa positif adalah hal yang tidak dapat dikesampingkan. Jadi, meski bekerja dari rumah, kita tetap melakukan upaya terbaik dalam menyelesaikan tugas dan karya. Akhirnya, pelajaran besar dari kisah Newton mudah-mudahan dapat kita renungkan dan bermanfaat. Semoga negeri ini segera terbebas dari wabah dan kita kembali beraktivitas seperti sedia kala.

 

(Opini ini telah diterbitkan di Surat Kabar Harian Lampung Post, Rabu, 8 April 2020)