Pendekatan Teknologi Dibutuhkan untuk Selamatkan Badak Jawa yang Semakin di Ujung Tanduk

Pendekatan Teknologi Dibutuhkan untuk Selamatkan Badak Jawa yang Semakin di Ujung Tanduk

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

Ditulis Oleh
Mhd Muhajir Hasibuan, S.Hut., M.Si.
Dosen Program Studi Rekayasa Kehutanan, Ahli Konservasi Satwa Liar

Upaya konservasi badak bercula satu (Rhinoceros sondaicus), atau yang biasa kita kenal sebagai badak jawa makin hari semakin pelik. Belum terbebas dari berbagai ancaman tahunannya, seperti penurunan genetik akibat dugaan jumlah populasi yang semakin langka, karena sejak memasuki fase 2000an, populasi badak jawa tidak pernah lebih dari 80 individu. Ancaman distribusi yang semakin sempit, dan hanya tersebar di bagian semenanjung Ujung Kulon saja, dan risiko bencana alam, gempa dan tsunami karena letaknya di bibir pantai dan keberadaan Gunung Api Honje, di Ujung Kulon, yang setiap saat dapat mengancam keberlangsungan hidup si badak jawa.

Belum bebas dari berbagai ancaman alami tersebut, kini muncul pula masalah baru yaitu perburuan yang menyasar badak jawa. Baru-baru ini, kabar menyedihkan melanda dunia konservasi badak jawa, setelah kasus perburuan badak di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) terungkap. Seorang pemburu yang ditangkap Polda Banten, terbukti telah membunuh enam ekor badak jawa di TNUK, sehingga dijatuhi vonis hukuman 12 tahun penjara dan denda 100 juta subsider 2 bulan kurungan penjara. Vonis ini membuka mata kita bersama bahwa badak jawa, salah satu dari 25 jenis hewan dilindungi di dunia, semakin tidak baik-baik saja.

Mengutip laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), berdasarkan fakta hukum terdakwa telah menembak dan membunuh badak jawa sebanyak enam (6) ekor, di antaranya lima (5) ekor jantan dan satu (1) betina dari 2019 sampai dengan 2023. Tidak sampai di situ saja, pengembangan kasus ini ternyata lebih menyedihkan lagi, Polda Banten menduga ada 26 badak jawa yang mati diburu selama kurun waktu 2019-2023 di TNUK. Dugaan perburuan badak jawa muncul sejak tahun 2018, dengan ditemukannya kematian badak berkelamin jantan Samson, yang pada tengkoraknya ditemukan bekas lubang diduga berasal dari perburuan.

Berbagai pendekatan teknologi mutlak dibutuhkan dalam dalam upaya pengelolaan badak jawa; misalnya saja drone, kamera jebak, dan pengembangan Sistem Informasi Geografis (SIG) berbasis AI dan IoT untuk menghitung dan memetakan habitat, jalur pergerakan, sumber pakan, ancaman, dan aspek lainnya yang mendukung kelangsungan hidup badak jawa

Belum juga lupa dengan euforia ucapan selamat di berbagai media atas kelahiran individu badak jawa di TNUK, kita sudah ditampar dengan kematian puluhan populasi badak jawa akibat perburuan. Kasus ini tentu menjadi tamparan keras bagi kita semuanya, tidak hanya pemerintah pusat melalui Kementerian LHK, tetapi kita semuanya termasuk para peneliti, dan rakyat Indonesia.

Apresiasi tentu perlu kita berikan kepada upaya konservasi selama ini, mulai dari upaya perbaikan habitat, perluasan wilayah distribusi, hingga relokasi populasi badak jawa sehingga terbebas dari ancaman tsunami dan erupsi. Namun demikian, kita perlu terus beradaptasi, berjuang bersama, untuk menjamin kelangsungan hidup dan populasi badak jawa.

Berbagai pendekatan teknologi mutlak dibutuhkan dalam dalam upaya pengelolaan badak jawa; misalnya saja drone, kamera jebak, dan pengembangan Sistem Informasi Geografis (SIG) berbasis AI dan IoT untuk menghitung dan memetakan habitat, jalur pergerakan, sumber pakan, ancaman, dan aspek lainnya yang mendukung kelangsungan hidup badak jawa. Jangan sampai badak jawa menyusul badak di bagian dunia lainnya seperti Badak Putih Utara/Ceratotherium simum cottoni) yang dinyatakan punah di alam maupun secara fungsional.

Keterlibatan para pihak mutlak diperlukan dalam upaya konservasi badak jawa, tidak hanya pemerintah pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pemerintah Provinsi Banten, atau segelintir orang saja, karena badak jawa adalah miliki dan kebanggaan kita semua, juga sumber ilmu pengetahuan, serta warisan anak-cucu yang sudah selayaknya kita menjaganya bersama. (Humas)