OAIL ITERA Bersama Masyarakat ‘Ngenah’ Langit Saksikan Fenomena Okultasi Mars

OAIL ITERA Bersama Masyarakat ‘Ngenah’ Langit Saksikan Fenomena Okultasi Mars

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS. Jika sebagian besar masyarakat sudah cukup mengenal fenomena gerhana. Namun, okultasi mungkin masih terdengar asing di telinga beberapa orang. Okultasi merupakan bentuk lain dari gerhana, yaitu ketika sebuah objek langit menutupi objek lainnya. Fenomena okultasi Mars oleh Bulan yang terjadi pada Sabtu, 17 April 2021, malam, menjadi fenomena astronomi yang diamati oleh UPT Observatorium Astronomi ITERA Lampung (OAIL). Tidak sendiri, para peneliti OAIL ITERA juga mengajak masyarakat Ngenah Langit  atau berarti melihat langit menyaksikan fenomena langka tersebut.

Dosen Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan ITERA, Achmad Zainur Rozzykin, S.Si., M.Si., menyebut, dengan objek langit yang tak terhingga banyaknya, bukan tidak mungkin beberapa objek melintas di depan satu sama lain. Ditambah lagi dengan objek Tata Surya, seperti Bulan dan planet yang garis edarnya di langit berbeda dengan bintang-bintang yang relatif diam.

Achmad Zainur menjelaskan, perbedaan utama antara gerhana dan Okultasiberada pada ukuran objek benda langit yang mengalami. Gerhana melibatkan dua objek dengan ukuran tampak hampir sama, seperti Bulan dan Matahari. Dalam fenomena okultasi, objek yang menutupi ukuran tampaknya lebih besar dari pada objek yang tertutup. Fenomena ini serupa dengan sebuah benda di ujung jalan yang terhalang dari pandangan kita saat ada mobil yang melintas.

“Pada dasarnya, fenomena okultasi ini dapat diamati tanpa bantuan alat bantu apapun dengan catatan cuaca sedang cerah. Namun, kenampakan yang lebih detil tentunya hanya dapat diamati menggunakan bantuan teleskop,” ujar Achmad Zainur, Senin, 19 April 2021.

Achmad Zainur menyebut, OAIL telah merampungkan pengamatan okultasi Mars oleh Bulan, pada Sabtu malam, lalu. Akan tetapi kondisi cuaca yang tidak mendukung menjadi kendala utama. Awan tebal menutupi Bulan sejak kontak pertama okultasi di pukul 20.30 WIB hingga akhir okultasi pada pukul 21.30 WIB. Kondisi yang sama juga dialami pengamat di beberapa daerah seperti Lumajang, Jember, Bone, hingga Mataram.

“Fenomena okultasi planet berikutnya adalah okultasi Mars pada 31 Desember 2021 yang sayangnya hanya dapat dilihat di Australia. Meskipun begitu, masih ada beberapa okultasi bintang yang masih bisa dinikmati masyarakat Indonesia.”

Melalui pengamatan yang dikemas dalam acara “Ngenah Langit Virtual” ini disiarkan langsung melalui kanal Youtube OAIL ITERA, para peneliti OAIL ITERA, secara langsung mengajak masyarakat untuk menyaksikan fenomena astronomi langka tersebut.

Secara siklus, Achmad Zainur menyebut, okultasi Mars pada Sabtu lalu menjadi satu dari dua okultasi planet yang terjadi di tahun ini. Fenomena okultasi planet berikutnya adalah okultasi Mars pada 31 Desember 2021 yang sayangnya hanya dapat dilihat di Australia. Meskipun begitu, masih ada beberapa okultasi bintang yang masih bisa dinikmati masyarakat Indonesia.

“Diprediksikan akan terjadi lima okultasi bintang yang dapat diamati di berbagai wilayah Indonesia selama tahun 2021. Okultasi bintang yang akan terjadi dalam waktu dekat dapat kita amati pada 21 Mei 2021 tengah malam,” ujar Achmad Zainur. Pengamat  fenomena tersebut hanya dapat dilakukan di daerah Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi untuk menyaksikan bintang ν Virginis ‘bersembunyi’ di balik piringan Bulan.

Terkait pengamatan yang dilakukan, Achmad Zainur menyebut, para astronom profesional biasa melakukan pengamatan okultasi oleh Bulan guna memperoleh berbagai informasi untuk dikembangkan dalam penelitian lanjutan. Umumnya, okultasi dapat digunakan untuk mendapatkan informasi posisi dari objek di langit. Selain itu, okultasi juga dapat memberikan pengetahuan yang lebih detil terkait dengan fitur-fitur di Bulan seperti bukit dan lembah.

“Lebih sederhana dari semua itu, okultasi juga merupakan fenomena astronomi yang menarik untuk diabadikan oleh astronom amatir. Bintang yang bermain petak umpet di balik Bulan rasanya menjadi fenomena yang sayang untuk dilewatkan,” ujar Achmad Zainur. (Rilis/Humas)