ITERA NEWS – Institut Teknologi Sumatera (Itera) melalui Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan (SAP) bersama Observatorium Astronomi Itera Lampung (OAIL) dan Pusat Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (MKG) Itera mengembangkan instrumen pemantauan aktivitas Matahari bernama Radio Tempoyak atau Terrestrial and Extraterrestrial Monitoring Platform for Sky and Kosmos. Perangkat ini dirancang untuk menangkap sinyal radio dari Matahari dan Jupiter guna mendukung penelitian dalam bidang astronomi dan keplanetan.
Dosen Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan Itera, Ridlo W. Wibowo, S.Si., M.Si., M.Sc., menjelaskan bahwa Radio Tempoyak merupakan instrumen berbasis Proyek Radio JOVE yang memungkinkan pemantauan aktivitas radio dari benda langit. “Pengamatan radio outburst Matahari sangat penting karena dapat memberikan informasi mengenai aktivitas Matahari yang berpengaruh terhadap Bumi, seperti badai geomagnet yang dapat mengganggu komunikasi satelit, sistem GPS, hingga jaringan listrik,” ujar Ridlo.
Pengamatan radio outburst Matahari sangat penting karena dapat memberikan informasi mengenai aktivitas Matahari yang berpengaruh terhadap Bumi, seperti badai geomagnet yang dapat mengganggu komunikasi satelit, sistem GPS, hingga jaringan listrik
Radio Tempoyak menggunakan antena dipol dengan panjang masing-masing 7 meter, yang disusun untuk menangkap sinyal pada frekuensi 20,1 MHz. Antena ini membentang dari timur ke barat sehingga memungkinkan pemantauan optimal terhadap aktivitas radio Matahari. Untuk penerimaan sinyal, perangkat ini dilengkapi dengan SDRPlay RSP1B yang terintegrasi dengan kalibrator Jove Cal 1 step. Perangkat ini ditempatkan di Taman Alat MKG Itera, yang juga menjadi lokasi berbagai instrumen pengamatan lainnya, seperti seismometer dan alat milik Badan Informasi Geospasial (BIG).
Ridlo menambahkan bahwa pengembangan Radio Tempoyak merupakan langkah strategis dalam memperkaya penelitian di bidang atmosfer dan keplanetan. “Kami berencana menyiarkan pengamatan ini secara langsung 24 jam setiap hari agar publik dapat mengakses data real-time mengenai aktivitas Matahari,” tambahnya.
Nama Radio Tempoyak sendiri terinspirasi dari kuliner khas Lampung, yakni tempoyak, yang terbuat dari fermentasi durian. Publik yang tertarik untuk mengikuti pengamatan ini dapat mengakses siaran langsungnya melalui kanal YouTube OAIL.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai teknologi serupa, masyarakat dapat mengunjungi laman resmi Proyek Radio JOVE di https://radiojove.gsfc.nasa.gov/. (Rilis/Humas)