ITERA NEWS — Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Perguruan Tinggi (PPKPT) Institut Teknologi Sumatera (Itera) memberikan edukasi penting dalam rangkaian kegiatan Pra-Karantina Duta Generasi Berencana (GenRe) Itera 2025 yang diselenggarakan di Aula Gedung Kuliah Umum 1 Itera, Selasa, 10 Juni 2025. Materi disampaikan langsung oleh Ketua Satgas PPKPT Itera, Dr. Winati Nurhayu, S.Si., dan diikuti oleh finalis serta nonfinalis Duta GenRe Itera bersama seluruh panitia kegiatan.
Dalam pemaparannya, Dr. Winati menekankan pentingnya peran mahasiswa sebagai agen perubahan dalam menciptakan lingkungan kampus yang aman dan bebas dari kekerasan. “Mahasiswa adalah pihak yang paling dekat dengan berbagai aktivitas di kampus. Oleh karena itu, mahasiswa memiliki peran besar dalam memutus lingkaran setan kekerasan yang dampaknya sangat kita khawatirkan. Luka fisik mungkin dapat disembuhkan, tetapi luka batin membutuhkan waktu panjang dan pendampingan yang serius,” ujarnya.
Diskusi berlangsung secara interaktif dengan antusiasme tinggi dari para peserta. Berbagai pertanyaan diajukan, mulai dari isu kekerasan seksual, dinamika kaderisasi, hingga kebijakan kampus terkait pencegahan dan penanganan kekerasan.
“Kami mungkin bekerja dalam diam, tetapi Satgas PPKPT Itera selalu ada untuk memastikan upaya pencegahan dan penanganan kekerasan terus berjalan optimal di lingkungan kampus,”
Dr. Winati juga menegaskan bahwa Satgas PPKPT Itera akan terus hadir dan bekerja, meskipun sering kali dalam diam, demi memberikan perlindungan maksimal bagi para korban. “Kami mungkin bekerja dalam diam, tetapi Satgas PPKPT Itera selalu ada untuk memastikan upaya pencegahan dan penanganan kekerasan terus berjalan optimal di lingkungan kampus,” tambahnya.
Dalam kegiatan ini, peserta juga diharapkan dapat mengintegrasikan upaya pencegahan kekerasan ke dalam program kerja mereka ke depan. Proses seleksi Duta GenRe Itera 2025 sendiri masih akan berlanjut untuk menentukan siapa yang paling layak menyandang gelar Duta GenRe Itera 2025, tidak hanya sebagai representasi, tetapi juga sebagai panutan bagi seluruh mahasiswa.
Melalui sosialisasi ini, diharapkan seluruh peserta, baik finalis, nonfinalis, maupun panitia, dapat menjadi garda terdepan dalam memperjuangkan hak untuk menempuh pendidikan di lingkungan yang aman dan bebas dari kekerasan, serta turut berperan aktif dalam mewujudkan kampus yang nyaman bagi semua. (Rilis/Humas)