ITERA NEWS. Program Studi Sains Lingkungan Kelautan (SLL) bersama Himpunan Mahasiswa Lingkungan Kelautan (HMLK) Institut Teknologi Sumatera (Itera) merayakan Dies Natalis ke-5 dengan menanam 1.000 bibit mangrove. Penanaman ini dilaksanakan pada Minggu, 3 November 2024, di Eko-Wisata Cuku Nyinyi, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Kegiatan ini turut melibatkan mahasiswa dari berbagai kampus di Lampung dan didukung oleh Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Bandar Lampung, yang menyediakan total 1.000 bibit mangrove.
Penanaman mangrove ini merupakan rangkaian acara Dies Natalis ke-5 Prodi SLL dan Dies Natalis ke-3 HMLK. Kegiatan dihadiri oleh dosen Sains Lingkungan Kelautan sekaligus Pembina HMLK Itera, Tefur Nur Rohman, S.S., M.Li., serta Budhi Agung Prasetyo, S.Pi., M.Si. Selain itu, hadir pula pengelola Eko-Wisata Cuku Nyinyi, Adi Sofyan, serta para mahasiswa SLL dan mahasiswa dari kampus lain di Lampung.
Ketua pelaksana kegiatan, M. Khafid Athala, menjelaskan bahwa penanaman mangrove ini merupakan implementasi dari seminar bertajuk Peran Mangrove sebagai Penyokong Kestabilan Iklim. “Terima kasih kepada semua peserta, baik dari Itera maupun dari luar Itera, atas partisipasinya dalam kegiatan ini,” ujarnya.
Tefur Nur Rohman, S.S., M.Li., berharap kegiatan ini dapat berjalan lancar tanpa hambatan. Ia juga menjelaskan bahwa sebelum menanam mangrove, peserta akan diberikan pelatihan mengenai cara penanaman yang benar serta pengenalan jenis-jenis mangrove.
Kegiatan ini turut melibatkan mahasiswa dari berbagai kampus di Lampung dan didukung oleh Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Bandar Lampung, yang menyediakan total 1.000 bibit mangrove.
Pengelola Eko-Wisata Cuku Nyinyi, Adi Sofyan, memberikan paparan teknis mengenai penanaman mangrove, menjelaskan bahwa pohon mangrove membutuhkan waktu 25-30 tahun untuk tumbuh besar. Adi juga menjelaskan manfaat mangrove, terutama dalam mencegah erosi dan abrasi pantai. “Mangrove juga dapat dimanfaatkan secara ekonomi, misalnya menjadi produk kopi, teh, dan bubur,” tambahnya. Pada kegiatan ini, jenis mangrove yang ditanam adalah Rhizophora apiculata (pucuk berwarna merah) dan Rhizophora stylosa (pucuk berwarna hijau terang).
Vivi Maya Silvia, mahasiswa Teknik Pertambangan yang turut serta dalam penanaman ini, mengungkapkan ketertarikannya untuk memahami lebih dalam mengenai tanaman mangrove dan berharap Eko-Wisata Cuku Nyinyi dapat berkembang menjadi destinasi wisata. “Saya tertarik untuk mengeksplorasi lebih jauh mengenai tanaman mangrove,” ujarnya.
Salah satu mahasiswa Universitas Lampung, Eri, juga berharap penanaman mangrove ini membawa manfaat bagi lingkungan. “Saya mengikuti kegiatan ini untuk memahami lebih dalam dan menerapkan teknik penanaman mangrove,” katanya.
Penulis: Muhammad Ilham (Teknik Industri)