ITERA NEWS – Tim dosen dan mahasiswa Institut Teknologi Sumatera (Itera) merancang serta menerapkan indirect bed dryer, mesin pengering dengan sistem pemanasan tidak langsung, untuk menghasilkan kopra putih berkualitas industri di Desa Mekar Karya, Kecamatan Waway Karya, Kabupaten Lampung Timur.
Selama ini, banyak sentra produksi kelapa masih mengandalkan metode pengasapan langsung. Cara tersebut menyebabkan kopra berwarna gelap dan beraroma asap, sehingga minyak yang dihasilkan lebih cepat tengik, tingkat higienitas rendah, dan daya simpan menurun. Akibatnya, harga jual dan daya saing kopra asap kalah dibandingkan dengan kopra putih hasil pengeringan tidak langsung. Kondisi ini juga diperparah oleh praktik penjualan daging kelapa secara mentah, yang membuat nilai tambah bagi petani dan pelaku UMKM belum optimal.
Kopra yang dihasilkan melalui indirect bed dryer berwarna putih, tanpa bau asap, memiliki kadar air yang stabil, serta mutu yang lebih seragam. Kondisi tersebut menjaga kualitas minyak, meningkatkan higienitas, dan memperpanjang daya simpan, sehingga lebih diminati industri dan memiliki nilai jual lebih tinggi. Teknologi ini bekerja dengan memisahkan sumber panas dari produk udara panas dihasilkan di ruang terpisah kemudian dialirkan secara merata melewati potongan daging kelapa.
Selain itu, mesin pengering ini memanfaatkan biomassa lokal, seperti tempurung dan sabut kelapa, sebagai bahan bakar. Pemanfaatan limbah tersebut tidak hanya menekan biaya operasional, tetapi juga mendorong praktik zero waste dan penerapan ekonomi sirkular di tingkat desa.
“Karena proses pengeringan tidak bersentuhan langsung dengan asap dan hanya memanfaatkan panas, kopra yang dihasilkan berwarna putih, lebih higienis, nilai gizi lebih terjaga, serta lebih bebas jamur.”
Kegiatan ini terlaksana melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat Skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat yang didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM), Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) Tahun Anggaran 2025. Program ini diketuai oleh Dr. M. Fatikul Arif dan melibatkan dosen Abdul Muhyi, M.T., serta Teny Sylvia, M.Sc., bersama mahasiswa Itera sebagai wujud komitmen kampus dalam membangun dari desa dan memperkuat ekonomi berbasis potensi lokal.
“Karena proses pengeringan tidak bersentuhan langsung dengan asap dan hanya memanfaatkan panas, kopra yang dihasilkan berwarna putih, lebih higienis, nilai gizi lebih terjaga, serta lebih bebas jamur,” ujar Fatikul Arif.
Dalam pelaksanaannya, program ini juga disertai pelatihan dan sosialisasi terkait pengoperasian serta perawatan mesin, termasuk upaya menjaga kualitas kopra agar tetap konsisten. Masyarakat turut dibekali pelatihan pengelolaan keuangan dasar UMKM guna mendukung keberlanjutan usaha, kemandirian finansial, serta potensi penciptaan lapangan kerja di tingkat lokal. Inisiatif ini menjadi contoh kolaborasi antara perguruan tinggi dan masyarakat dalam menghadirkan teknologi tepat guna di wilayah pedesaan. (Rilis/Humas)


