ITERA NEWS – Dalam rangkaian Dies Natalis ke-10, Institut Teknologi Sumatera (Itera) menggelar stadium generale, dengan narasumber Honorary Professor atau profesor kehormatan, Prof. Phil R. Cummins dari Australian National University, di Aula Gedung C Itera, Selasa, 8 Oktober 2024. Dalam kesempatan tersebut Prof. Phil R. Cummins yang merupakan pakar bencana alam memaparkan materi tentang bahaya dan risiko gempa bumi di kawasan Asia Tenggara kepada ratusan peserta.
Studium generale ini sejalan dengan langkah besar Itera, yang baru mendirikan Pusat Mitigasi Gempa dan Tsunami Sumatera, saat sidang dies natalis ke-10 Itera. Prof. Phil R. Cummins dari Australian National University, turut menjadi pakar yang akan terlibat dalam pusat tersebut.
Program honorary professor merupakan inisiatif Rektor Itera, Prof. Dr. I Nyoman Pugeg Aryantha, untuk memperluas kerja sama akademik dan penelitian Itera dengan kampus luar negeri. Khusus kali ini, program honorary professor dihadirkan untuk bidang geofisika, melalui Program Studi Teknik Geofisika, Fakultas Teknologi Industri (FTI).
Acara yang dibuka oleh Dekan FTI, Hadi Teguh Yudistira, S.T., Ph.D., dan dihadiri oleh dosen, kepala program studi, serta mahasiswa yang tertarik dengan isu-isu kebencanaan, khususnya gempa bumi.
Studium generale ini sejalan dengan langkah besar Itera, yang baru mendirikan Pusat Mitigasi Gempa dan Tsunami Sumatera, saat sidang dies natalis ke-10 Itera. Prof. Phil R. Cummins dari Australian National University, turut menjadi pakar yang akan terlibat dalam pusat tersebut.
Dalam presentasinya, Prof. Cummins menyoroti tantangan besar yang dihadapi Indonesia, terutama Pulau Jawa, yang rawan gempa akibat adanya sesar aktif. Prof. Cummins menjelaskan bahwa sesar kerak bumi di Indonesia merupakan ancaman serius bagi puluhan juta penduduk. Ia menekankan pentingnya penelitian mendalam mengenai geologi gempa untuk menutup kesenjangan data, terutama terkait gempa pra-instrumental. Beberapa sesar di Jawa terbukti aktif dan berpotensi memicu gempa besar yang merusak.
Selain itu, Prof. Cummins menyoroti perlunya pengumpulan data terkait respons lokasi dan resonansi cekungan untuk memahami gerakan tanah, khususnya di wilayah perkotaan yang padat penduduk. Model paparan dan kerentanan yang telah dikembangkan dapat membantu memberikan perkiraan awal mengenai dampak kerusakan akibat gempa, yang sangat penting untuk mitigasi risiko di masa mendatang. “Data ini sangat penting untuk mempengaruhi praktik pembangunan di masa depan, sehingga lebih siap menghadapi potensi gempa bumi,” ujar Prof. Cummins.
Acara ini diharapkan tidak hanya memberi wawasan baru bagi peserta, tetapi juga mendorong kolaborasi antara ITERA dan institusi internasional dalam penelitian gempa bumi dan mitigasi risikonya.
Tim Liputan
Penulis: Bestri Ladelvia Rumahorbo (Teknik Sipil)
Fotografer: Bayu Brigas Novaldi (Teknik Informatika)