ITERA NEWS – Gagasan inovatif dosen Program Studi Arsitektur Itera, Dr. Stirena Rossy Tamariska, S.T., M.Ars., menjadi sorotan dalam International Symposium on Intelligent Zero-Carbon Building 2025 yang digelar di National Taiwan University of Science and Technology, Rabu, 19 November 2025. Rossy hadir sebagai keynote speaker, mewakili Indonesia dalam forum arsitektur cerdas bertaraf internasional tersebut.
Dalam paparannya berjudul “Toward Net-Zero Living: Upgrading Existing Communities through Smart and Social Design in Indonesia”, Rossy mengangkat persoalan mendasar perumahan di Indonesia yang menghadapi double crisis: backlog perumahan dan ancaman perubahan iklim. Ia menawarkan pendekatan baru berbasis integrasi Smart Design dan Social Design sebagai landasan transformasi menuju hunian ramah lingkungan yang tetap menempatkan manusia sebagai pusatnya.
Rossy menjelaskan bahwa Smart Design perlu diarahkan pada efisiensi energi dan pemanfaatan teknologi hijau, sementara Social Design menekankan nilai gotong royong, penguatan ruang produktif warga, serta kebijakan pendanaan campuran (blended finance). “Hunian masa depan tidak hanya harus efisien dan rendah emisi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan sosial penghuninya,” ujar Rossy. Ia juga menyoroti Indonesian Green Affordable Housing Program (IGAHP) sebagai contoh konkret penerapan konsep tersebut.
Simposium internasional ini digagas oleh Architecture and Building Research Institute, Ministry of the Interior, bersama Taiwan Smart Net-Zero Building Alliance. Mengangkat tema “Integrasi Teknologi Cerdas dan Keberlanjutan Nol Karbon untuk Memperpanjang Umur Bangunan Eksisting,” acara tersebut mempertemukan pakar dari Jepang, Korea Selatan, Indonesia, dan Taiwan. Lebih dari 200 perwakilan industri, pemerintah, akademisi, dan lembaga riset hadir untuk membahas strategi penerapan teknologi bangunan cerdas nol emisi pada infrastruktur eksisting.
Mengangkat tema “Integrasi Teknologi Cerdas dan Keberlanjutan Nol Karbon untuk Memperpanjang Umur Bangunan Eksisting,” acara tersebut mempertemukan pakar dari Jepang, Korea Selatan, Indonesia, dan Taiwan.
Dalam sambutannya, Wakil Menteri Dalam Negeri Taiwan, Tung Chien-hung, menegaskan bahwa transisi menuju bangunan rendah karbon merupakan bagian penting dari strategi nasional menghadapi perubahan iklim dan tantangan populasi menua. Ia menyebut bahwa pemerintah Taiwan mendorong revolusi konstruksi melalui transformasi material, inovasi metode, teknologi pracetak, dan penerapan teknologi cerdas, sekaligus memperkuat investasi berprinsip ESG.
Ia juga memaparkan tiga fokus utama Rencana Aksi Unggulan Pengurangan Emisi Karbon Bangunan Rendah Karbon, yakni peningkatan efisiensi energi bangunan, perpanjangan usia bangunan lama dan perumahan sosial, serta pengembangan talenta kerah hijau. Melalui inisiatif tersebut, Taiwan menargetkan menjadi model global bangunan hijau di wilayah subtropis dan menjadi motor penggerak negara-negara Asia Tenggara menuju emisi nol bersih.
Partisipasi Rossy dalam forum bergengsi ini menunjukkan kontribusi penting Itera dalam percakapan global mengenai arsitektur cerdas dan keberlanjutan, sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam pengembangan hunian net-zero di masa depan. (Rilis/Humas)


