Dosen Arsitektur Itera Kenalkan Teknologi Biopori untuk Perkuat Resapan Air dan Kurangi Sampah Organik di Lingkungan Sekolah

Dosen Arsitektur Itera Kenalkan Teknologi Biopori untuk Perkuat Resapan Air dan Kurangi Sampah Organik di Lingkungan Sekolah

Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS – Upaya membangun budaya peduli lingkungan di sekolah kembali diperkuat melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan dosen Program Studi Arsitektur Itera di SMP Negeri 1 Seputih Raman, Lampung Tengah, beberapa waktu lalu. Melalui penerapan teknologi biopori, tim dosen dan mahasiswa memperkenalkan cara sederhana namun efektif untuk meningkatkan resapan air sekaligus mengurangi sampah organik di lingkungan sekolah.

Kegiatan bertema “Ciptakan Lingkungan Sekolah Lestari dengan Lubang Resapan Biopori” ini melibatkan dosen dan mahasiswa Arsitektur Itera, yakni Indah Prastiwi, S.P., M.Si., Elisabet Nungky Septania, S.T., M.Sc., Adelia Enjelina Matondang, S.T., M.T., Melati Rahmi Aziza, S.T., M.T., Rabita Akbari Sitompul, S.T., M.Ars.L., serta mahasiswa Tegar Amirul Haq dan I Putu Agastya Widisana.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana, Suripto, S.Pd., membuka kegiatan sekaligus membantu koordinasi penentuan titik-titik pemasangan biopori di area sekolah. Dalam sesi sosialisasi, peserta mendapatkan penjelasan mengenai konsep biopori, fungsi ekologisnya, serta peran teknologi ini dalam mengatasi genangan air dan mengolah sampah organik secara alami. Edukasi ini dikemas untuk menumbuhkan pemahaman siswa tentang pentingnya resapan air dalam menjaga keseimbangan lingkungan, terutama pada kawasan sekolah yang didominasi area terbangun.

Melalui penerapan teknologi biopori, tim dosen dan mahasiswa memperkenalkan cara sederhana namun efektif untuk meningkatkan resapan air sekaligus mengurangi sampah organik di lingkungan sekolah.

Setelah menerima materi, siswa diajak terjun langsung ke lapangan. Tim dosen melakukan demonstrasi pembuatan lubang biopori dengan pendampingan Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Asrum Cahyani, S.Pd., dan Pembina OSIS, Cristina Eka Sariningrum, S.Pd. Para siswa mempraktikkan teknik penggalian, kedalaman ideal lubang, serta cara mengisi biopori menggunakan sampah organik yang tersedia di lingkungan sekolah. Tiga titik strategis dipilih sebagai lokasi penerapan karena memiliki potensi genangan dan kebutuhan resapan yang cukup tinggi.

Melalui kolaborasi antara dosen, mahasiswa, guru, dan siswa, beberapa lubang biopori berhasil dibangun dan langsung difungsikan sebagai fasilitas resapan serta media pengolahan sampah organik berkelanjutan. Di akhir kegiatan, siswa diajak untuk berkomitmen merawat lubang resapan tersebut dan menerapkan teknologi biopori di rumah masing-masing. (Rilis/Humas)