ITERA NEWS – Fakultas Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan Itera menyelenggarakan International Scientific Forum on Infrastructure Technology and Regional Advancement (ISF–Itera 2025) pada Jumat, 5 Desember 2025 di Aula GKU 1 Itera. Forum ilmiah internasional ini menjadi ruang strategis untuk membahas gagasan, perspektif global, dan arah baru pengembangan infrastruktur berkelanjutan yang adaptif terhadap tantangan perubahan iklim. ISF–Itera 2025 menegaskan posisi Itera sebagai institusi akademik yang aktif mendorong lahirnya gagasan dan kebijakan infrastruktur masa depan, sekaligus menjadi jembatan kolaborasi internasional untuk pembangunan yang lebih adaptif dan berkelanjutan.
Ketua panitia, Dr. Eng. Rahmat Kurniawan, S.T., M.T., dalam laporannya menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat, sekaligus menekankan pentingnya forum ini sebagai ruang kolaborasi untuk memperkuat pendekatan ilmiah dalam pembangunan wilayah.
Mewakili Rektor Itera, Dr. Handoyo, S.Si., M.T., menyampaikan bahwa Itera berkomitmen menjadi pusat pengembangan pengetahuan dan inovasi yang mendukung kemajuan infrastruktur nasional. Ia berharap diskusi yang terbangun dalam ISF–Itera dapat membuka paradigma baru tentang bagaimana infrastruktur seharusnya dibangun—bukan hanya kuat secara fisik, tetapi juga berkelanjutan, inklusif, serta responsif terhadap risiko bencana dan dinamika iklim.
Prof. Harkunti menekankan perlunya memahami karakter alam dan risiko bencana sebagai bagian dari desain. Sementara Dr. Suprayoga menegaskan bahwa kebijakan publik yang tepat menjadi pilar dalam memastikan implementasi infrastruktur berketahanan.
Diskusi utama dalam forum dimulai dengan panel bertema “From Vulnerability to Resilience: Redefining Regional Infrastructure Development in the Climate Era.” Dipandu oleh Dr. Adnin Musadri Asbi, S.Hut., M.Sc., sesi ini menghadirkan tiga pakar internasional dan nasional yaitu, Dr. Assela Pathirana (IHE Delft), Prof. Ir. Harkunti Rahayu, dan Dr. Ir. Suprayoga Hadi, MSP (Bappenas). Para narasumber menyoroti pentingnya perubahan paradigma dalam merencanakan infrastruktur. Prof. Harkunti menekankan perlunya memahami karakter alam dan risiko bencana sebagai bagian dari desain. Sementara Dr. Suprayoga menegaskan bahwa kebijakan publik yang tepat menjadi pilar dalam memastikan implementasi infrastruktur berketahanan.
Gagasan berkelanjutan terus berlanjut dalam Discussion Panel 2 bertema “Reimagining Regional Growth through Sustainable Infrastructure Systems.” Moderator Dr. Eng. Mustarakh Gelfi, S.T., M.Sc. membuka sesi dengan menegaskan bahwa pertumbuhan wilayah masa depan hanya dapat dicapai melalui integrasi sistem infrastruktur yang efisien dan rendah risiko. Para pembicar, Prof. Ibnu Syabri, Ph.D., Prof. Tamon Ueda (Shenzen University), dan Ir. Julison Arifin, Ph.D., IPU., menyampaikan perspektif mengenai integrasi tata ruang, pengalaman internasional membangun infrastruktur tahan bencana, serta pentingnya kebijakan yang mendukung teknologi hijau.
Diskusi berlangsung interaktif dengan berbagai pertanyaan peserta terkait kesiapan teknologi, arah kebijakan pembangunan, hingga peluang kolaborasi antar lembaga. Forum menghasilkan kesimpulan bahwa infrastruktur berkelanjutan adalah fondasi masa depan pembangunan wilayah—menggabungkan aspek sosial, ekonomi, lingkungan, dan ketahanan iklim secara holistik.
Penulis : Muhammad Fauzi Zuhdy (PWK)










