Dosen Itera Tawarkan Inovasi IoT untuk Tingkatkan Keselamatan Perlintasan Kereta Api kepada Kemenhub
[:id]Kegiatan Mahasiswa Teknik Perkeretaapian Itera/ Foto : Humas[:]

Dosen Itera Tawarkan Inovasi IoT untuk Tingkatkan Keselamatan Perlintasan Kereta Api kepada Kemenhub

  • Post author:
  • Post category:Berita
Print Friendly, PDF & Email

ITERA NEWS – Tim dosen Institut Teknologi Sumatera (Itera) memperkenalkan inovasi teknologi berbasis sensor dan Internet of Things (IoT) untuk meningkatkan keselamatan pada perlintasan sebidang kereta api kepada Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Republik Indonesia, dalam rapat yang digelar secara daring, beberapa waktu lalu.

Inovasi ini disampaikan dalam kegiatan Sharing Session Pengenalan Produk Inovatif untuk Mendukung Peningkatan Keselamatan Perlintasan Sebidang yang digelar secara luring dan daring oleh Ditjen Perkeretaapian di Jakarta, beberapa waktu lalu. Kegiatan tersebut dihadiri langsung oleh Direktur Jenderal Perkeretaapian beserta jajaran, mulai dari direktur hingga para kepala subdirektorat.

Tim dosen Itera yang terlibat dalam pengembangan inovasi ini terdiri atas Ir. Muhammad Abi Berkah Nadi, S.T.,M.T., IPM., (Teknik Sipil), Ali Muhtar, S.Pd.,M.Eng. (Teknik Elektro), dan Ir. Meutia Nadia Karunia, S.T.,M.T. (Teknik Perkeretaapian). Dalam forum tersebut, mereka memaparkan solusi teknologi yang dirancang untuk menjawab permasalahan kecelakaan lalu lintas di perlintasan sebidang, terutama yang belum dilengkapi palang pintu otomatis.

Muhammad Abi Berkah, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), menekankan bahwa keberadaan palang pintu menjadi elemen krusial dalam keselamatan di perlintasan rel. “Masih banyak perlintasan tanpa palang pintu yang menjadi titik rawan kecelakaan. Evaluasi terhadap sistem keselamatan perlu dilakukan sesuai amanat peraturan perundang-undangan,” ujar Abi.

Masih banyak perlintasan tanpa palang pintu yang menjadi titik rawan kecelakaan. Evaluasi terhadap sistem keselamatan perlu dilakukan sesuai amanat peraturan perundang-undangan

Sementara itu, Ali Muhtar menjelaskan bahwa timnya telah mengembangkan sistem deteksi kereta api berbasis weight in motion yang terintegrasi dengan palang otomatis. Sistem ini bekerja secara akurat dan real-time dengan memperhatikan aspek kestabilan dan keandalan teknologi. “Kami merancang sistem yang tahan terhadap gangguan elektromagnetik dari kereta, dengan desain PCB yang tahan EMI, serta sistem grounding dan pemisahan jalur daya dan sinyal yang optimal,” jelas Ali.

Kontribusi lain datang dari Meutia Nadia Karunia yang menjelaskan potensi integrasi sistem Automatic Train Protection (ATP) dengan Area Traffic Control System (ATCS). Menurut Meutia, kolaborasi kedua sistem ini dapat memberikan pengawasan yang lebih menyeluruh terhadap keselamatan perlintasan sebidang, khususnya dalam mencegah kecelakaan akibat human error.

Pemantauan melalui Gawai

Lebih lanjut, tim Itera yang juga melibatkan mahasiswa Amanda Madeliane Christine, Mila Oktavia, dan Muhammad Abdullah Rohim, telah merancang palang otomatis yang dilengkapi dengan sistem pemantauan melalui gawai (mobile phone control). Teknologi ini memungkinkan pengawasan perlintasan dilakukan secara daring dan real-time.

“Inovasi ini kami tujukan untuk mendukung upaya Kementerian Perhubungan dalam menekan angka kecelakaan di perlintasan sebidang. Harapannya, produk yang kami kembangkan dapat diadopsi dan dimanfaatkan secara luas,” ujar Abi Berkah.

Dalam sesi diskusi, tim Itera juga mendorong Badan Kebijakan Transportasi Kemenhub untuk menyusun rekomendasi berbasis riset dan data dalam rangka pemetaan persoalan keselamatan transportasi, khususnya operasional kereta api di wilayah Sumatera Bagian Selatan dan Jawa.

Dengan hadirnya inovasi dari perguruan tinggi, Itera menunjukkan kontribusinya dalam menjawab tantangan keselamatan transportasi nasional melalui kolaborasi teknologi dan keilmuan multidisiplin. (Humas)