ITERA NEWS – Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Sumatera (Itera) kembali menggelar pameran tahunan bertajuk Rupakarsa 8.0 (Ruang Pajang Karya Arsitektur ke-8) dengan tema “Arsitektur Masa Kini”. Pameran yang berlangsung pada beberapa waktu lalu di koridor dan Studio Gambar 2, Lantai 2 Gedung Laboratorium Teknik 2 Itera ini menghadirkan subtema INTERARCH, akronim dari Interactive Architecture dan Interwoven Architecture.
Melalui INTERARCH, mahasiswa diajak mengeksplorasi pendekatan desain arsitektur kontemporer yang adaptif, interaktif, serta responsif terhadap perkembangan zaman, teknologi, dan kebutuhan ruang masyarakat urban maupun lokal. Tema ini menjadi refleksi bagaimana arsitektur masa kini tidak lagi sebatas ruang fisik yang statis, tetapi ruang yang mampu berinteraksi dan berevolusi bersama penggunanya serta lingkungannya.
Ketua pelaksana Rupakarsa 8.0, Indira Widya (Arsitektur 2022) menjelaskan, rangkaian kegiatan pameran tahun ini terdiri atas Pameran Karya Mahasiswa, hasil kolaborasi dengan program Archive (Pameran Akhir Semester), Tur Pameran yang terbuka untuk umum, serta penayangan video tugas arsitektur dan dokumentasi acara sebelumnya seperti NUSAANTARA dan A:GALIA.
“Kami ingin menunjukkan bahwa arsitektur tidak hanya soal bentuk, tapi juga soal interaksi, respons terhadap konteks sosial, budaya, hingga teknologi yang berkembang cepat,” ujar Indira.
Salah satu daya tarik utama pameran tahun ini adalah keberagaman media karya yang ditampilkan, mulai dari poster, maket, sketsa, hingga media digital interaktif. Kolaborasi dengan Archive juga membuka ruang bagi karya lintas angkatan untuk tampil dalam satu ruang apresiasi.
Menariknya, mahasiswa angkatan 2024 turut menampilkan maket berskala 1:1, sebuah karya fisik dengan ukuran penuh yang menyita perhatian pengunjung. Maket ini memberikan gambaran nyata konsep ruang yang dirancang, sekaligus membuktikan keberanian mahasiswa dalam mewujudkan ide desain menjadi bentuk arsitektural secara langsung.
Meski demikian, Indira mengakui terdapat tantangan dalam pelaksanaan pameran, terutama keterbatasan bahan fisik seperti maket, sketsa tangan, dan poster cetak. Hal ini dipengaruhi kebijakan tugas perkuliahan yang kini banyak disubmit dalam format digital.
“Namun, keterbatasan ini justru mendorong kami untuk lebih kreatif dalam menampilkan karya, termasuk lewat media digital dan interaktif yang justru sesuai dengan semangat INTERARCH,” tambahnya.
Rupakarsa 8.0 menjadi bukti bahwa mahasiswa Arsitektur ITERA terus bergerak menjawab tantangan arsitektur masa kini—bukan hanya lewat desain, tetapi juga melalui cara baru dalam bercerita, berinteraksi, dan berinovasi.
Penulis : Faulina Dewi Anggraini (Mahasiswa Arsitektur)