ITERA NEWS – Institut Teknologi Sumatera (Itera) melalui Pusat Riset Hayati Berkelanjutan LPPM bekerja sama dengan Asosiasi Kosmetika Kontrak Manufaktur Indonesia (AKKMI) serta Perkumpulan DDB Indonesia (PDDBI) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema Hilirisasi Rumput Laut untuk Sektor Pangan dan Kosmetika, secara daring, Selasa, 25 Februari 2025. Acara ini menghadirkan akademisi, praktisi industri, dan pemangku kebijakan untuk membahas potensi besar rumput laut di Indonesia.
Rektor Itera, Prof. I Nyoman Pugeg Aryantha, dalam sambutannya menegaskan pentingnya pengelolaan sumber daya laut, khususnya di Lampung, untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. “Lampung memiliki potensi besar dalam pengelolaan perairan laut dangkal, yang jika dimanfaatkan secara optimal, dapat memberikan kontribusi besar bagi Indonesia,” ujarnya.
FGD ini menghadirkan sejumlah narasumber, antara lain Dr. AB Susanto (Universitas Diponegoro), Prof. Fida Madayanti Warganegara (Institut Teknologi Bandung), Amalia Wahyuningtyas, M.Sc. (Itera), Apt. Refysa Azanti Putri, M.Farm. (Itera), dan Halim Nababan (Asosiasi Kosmetika Kontrak Manufaktur Indonesia/AKKMI).
Dalam diskusi, terungkap bahwa Indonesia memiliki lebih dari 911 spesies rumput laut, akan tetapi yang dibudidayakan untuk kepentingan industri baru sekitar 10 spesies.
Dalam diskusi, terungkap bahwa Indonesia memiliki lebih dari 911 spesies rumput laut, akan tetapi yang dibudidayakan untuk kepentingan industri baru sekitar 10 spesies. Padahal, potensi hilirisasi rumput laut di Indonesia diprediksi mencapai USD 11,8 miliar pada tahun 2030, dengan sektor utama meliputi pangan, farmasi, pupuk, pakan, dan kosmetika.
Pada sesi pertama, Prof. Fida Madayanti Warganegara menjelaskan tentang biokimia dan biodiversitas rumput laut serta potensi geografis Indonesia dalam budidaya rumput laut. Menurutnya, Indonesia yang merupakan negara kepulauan memiliki banyak potensi dalam pengembangan rumput laut, terutama di wilayah Jawa dan Sumatera.
Potensi Laut
Sementara Dr. AB Susanto memaparkan tentang pembedaan antara lamun dan rumput laut, serta potensi lahan budidaya rumput laut di Indonesia yang sangat besar. “Luas perairan Indonesia mencapai 70% dari total wilayah negara, dengan potensi lahan budidaya mencapai 24 juta hektar,” terangnya. Selain itu, ia menyoroti bahwa rumput laut memiliki banyak manfaat, baik di sektor pangan, farmasi, maupun kosmetika.
Pada sesi kedua, Dosen Teknologi Pangan Itera, Amalia Wahyuningtyas, S.Si., M.Sc., membahas peluang besar pengembangan rumput laut di Lampung, terutama di sektor pangan. Ia menyebutkan jenis rumput laut yang dominan, seperti Kappaphycus alvarezi, yang bisa dimanfaatkan untuk produk seperti permen, cokelat, olahan daging, dan susu. Meskipun nilai jual rumput laut di Lampung masih rendah, Amalia menilai bahwa daerah ini memiliki potensi besar untuk mengembangkan produk-produk unggulan berbasis rumput laut.
Refysa Azanti Putri, yang merupakan ahli farmasi di Itera, mengungkapkan potensi rumput laut dalam industri farmasi, khususnya dalam produksi suplemen makanan dan produk perawatan kulit
Refysa Azanti Putri, yang merupakan ahli farmasi di Itera, mengungkapkan potensi rumput laut dalam industri farmasi, khususnya dalam produksi suplemen makanan dan produk perawatan kulit. “Rumput laut mengandung mikromineral yang bermanfaat untuk kesehatan dan juga digunakan dalam pembuatan produk kosmetik, seperti pembalut luka dan gel skincare,” jelasnya.
Sesi ketiga memfokuskan pada hilirisasi rumput laut untuk industri kosmetika, dengan Halim Nababan dari AKKMI menyampaikan informasi tentang pasar kosmetik berbasis rumput laut. Ia menjelaskan bahwa Indonesia merupakan produsen terbesar kedua rumput laut di dunia, dan pasar produk kosmetik berbasis rumput laut terus berkembang pesat. “Pasar global kosmetik berbasis rumput laut diprediksi tumbuh dari USD 22,18 miliar pada tahun 2023 menjadi USD 24,68 miliar pada tahun 2024,” jelasnya.
Secara keseluruhan, FGD ini berhasil memberikan gambaran jelas mengenai potensi rumput laut sebagai sumber daya alam yang dapat dioptimalkan untuk mendukung perkembangan industri pangan, farmasi, dan kosmetika di Indonesia, khususnya di Lampung.
Penulis : Bestri Ladelvia rumahorbo (Teknik Sipil), Muhammad Ilham (Teknik Industri)