ITERA NEWS. Sebanyak 4.477 mahasiswa baru Institut Teknologi Sumatera (Itera) resmi dikukuhkan oleh Rektor Itera Prof. Dr. I Nyoman Pugeg Aryantha, pada Senin, 12 Agustus 2024. Pemakaian almamater dan topi menjadi simbolis mereka mulai menyandang gelar mahasiswa Itera.
Ada yang menarik dalam setiap Sidang penerimaan mahasiswa baru Itera. Dua pengumuman mahasiswa baru termuda dan asal terjauh secara langsung disampaikan. Kali ini, Ketua Penerimaan Mahasiswa Baru Itera Dr. Abdul Rajak, M.Si. tidak mengumumkan nama mahasiswa baru termuda dan terjauh. Melainkan membacakan nomor induk mahasiswa dan identitas usia, serta asal.
Predikat mahasiswa baru termuda tahun ini disandang oleh M.Dhaifin Bariq Al Faiz dari Prodi Teknik Geologi. Ia resmi menjadi mahasiswa pada usia 16 tahun 6 bulan. Pria kelahiran 1 Februari 2008 itu, ternyata memang siswa akselerasi saat SMA. Meski dari kelas akselerasi, Dhaifin mengaku tidak semudah membalikan telapak tangan untuk bisa menjadi mahasiswa Itera. Setelah tertolak dua jalur, yaitu SNBT dan SMMPTN Barat, akhirnya Dhaifin lolos Itera melalui jalur Mandiri non Prestasi.
Daifin mengaku, setiap orang pasti memiliki target atau cita-cita yang ingin dicapainya saat kuliah. “Keinginan saya selama kuliah di Itera yaitu lulus cepat dengan title cumlaude, aktif berorganisasi, serta aktif mengikuti lomba olimpiade,” ujar Dhaifin.
Tidak hanya Dhaifin, si mahasiswa baru paling muda, Gabriel mahasiswa baru Prodi Rekayasa Minyak dan Gas, turut menarik perhatian. Nomor induk mahasiswanya diumumkan sebagai mahasiswa baru paling jauh. Jarak asal ke Itera berdasarkan hitungan peta digital sejauh 3.930 km ke Itera.
Gabriel adalah mahasiswa baru asal Kecamatan Abe Pura, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Ketertarikan pada bidang minyak membuat Gabriel memutuskan mendaftar Program Studi Rekayasa Minyak dan Gas di Itera
Gabriel adalah mahasiswa baru asal Kecamatan Abe Pura, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Ketertarikan pada bidang minyak membuat Gabriel memutuskan mendaftar Program Studi Rekayasa Minyak dan Gas di Itera.
Gabriel mengaku mendapatkan rekomendasi dari keluargannya untuk memilih Itera. Mahasiswa yang lolos jalur SNBP ini tertarik kuliah di Itera yang berlokasi di Lampung, karena belum banyak bangunan tinggi, layaknya kota metropolitan. “Di Lampung tidak banyak bangunan tinggi, masih sama seperti di Jayapura,” ujar Dia.
Gabriel mengaku kelak setelah lulus dari Prodi Rekayasa Minyak dan Gas, dapat bekerja di daerahnya, sesuai bidang keilmuan yaitu migas.
Sebagai mahasiswa yang asalnya paling jauh, Gabriel mengaku akan lebih belajar mandiri, karena harus berjauhan dengan keluarganya. Namun, untuk mengobati kerinduan dengan keluarganya, Gabriel mengaku akan sering menelepon kedua orang tuannya. Ia juga akan mencari kegiatan lain selain perkuliahan, untuk mengisi waktu luang, selain akan mencari teman baru di Itera.
Tim Liputan
Penulis : Muhammad Ilham (Teknik Industri), Syafitri Natasya Burhani (Perencanaan Wilayah dan Kota)