ITERA NEWS. Indonesia menjadi negara yang kaya akan keragaman hayati khususnya tumbuhan yang dapat dijadikan bahan obat. Pengembangan memanfaatkan bahan alami sebagai obat, khususnya untuk menangani penyakit akibat infeksi virus saat ini tengah didorong oleh Program Studi Farmasi, Jurusan Sains, Institut Teknologi Sumatera (ITERA).
Baru-baru ini, Prodi Farmasi ITERA mengadakan studium generale bertajuk Pengembangan obat bahan alam sebagai imunomodulator dalam pencegahan dan pengobatan infeksi virus. Dua narasumber yaitu dosen Universitas Ahmad Dahlan Dr. Kintoko, S.F., M.Sc.,apt yang sekaligus Ketua Umum Apoteker Praktek Herbal Indonesia (APHI), dan dosen Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi UGM apt. Dyaningtyas Dewi Pamungkas Putri, M.Sc, Ph.D., membagikan pengetahuannya kepada lebih dari 300 peserta, secara dalam jaringan.
Dalam kesempatan tersebut, Dr. Kintoko menyampaikan penggunaan tumbuhan sebagai bahan obat sebenarnya sudah digunakan sejak dahulu di zaman kerajaan Mataram Kuno salah satunya adalah daun mimba (Azadirachta indica) yang digunakan sebagai imunomodulator. Imunomodulator sendiri adalah suatu zat yang digunakan untuk memodulasi sistem imun. Imunomodulator bisa menjadi salah satu terapi dalam mengatasi infeksi virus.
“Pemanfaatan bahan alam tentunya menjadi tantangan bagi farmasis atau apoteker agar terus mengembangkan obat-obat alam yang tidak hanya mencegah tapi juga dapat mengobati penyakit- dengan angka kejadian yang tinggi di Indonesia,” ujar Dr. Kontoko.
Dalam kesempatan tersebut, Dr. Kintoko menyampaikan penggunaan tumbuhan sebagai bahan obat sebenarnya sudah digunakan sejak dahulu di zaman kerajaan Mataram Kuno salah satunya adalah daun mimba (Azadirachta indica) yang digunakan sebagai imunomodulator.
Sementara itu, apt. Dyaningtyas Dewi Pamungkas Putri, M.Sc, Ph.D menyampaikan mengenai imunologi dasar dan bagaimana sistem imun tubuh dapat mengenali virus. Dia juga menjelaskan imunitas tubuh diklasifikasikan menjadi dua yaitu Anatomical Barrier yang salah satu contohnya adalah kulit dan Cellular yang dapat dibagi menjadi Innate Immunity (Imunitas non spesifik) dan Adaptive Immunity (Imunitas Spesifik).
Dewi menyebut, angka kejadian atas infeksi virus memang menjadi perhatian dunia dan menimbulkan banyak pertanyaan dari masyarakat terkait bagaimana suatu virus bisa menyerang tubuh dan menimbulkan penyakit. Hal ini juga dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan dari peserta studium generale yang mempertanyakan tentang bagaimana tubuh bisa mengenali keberadaan suatu virus.
Dalam sambutan pembuka kegiatan, Ketua Jurusan Sains ITERA, Dr. Ikah Ning P Permanasari, M.Si., mengapresiasi kegiatan studium generale farmasi kali ini karena tingginya peminat peserta yang mencapai 665 pendaftar. Dr. Ikah juga menyebut, berdasarkan survei, peminat Prodi Farmasi ITERA masih berada pada posisi teratas diantara 39 prodi lain di ITERA. Sementara dalam kegiatan yang dipandu dosen Farmasi ITERA, Dewi Damayanti Abdul Karim, M.S.Farm., Koordinator Prodi Farmasi, Dr.apt.Syaikhul Aziz, S.Far., M.Si menambahkan bahwa harapannya, melalui kegiatan tersebut mahasiswa Farmasi ITERA menjadi tertantang untuk terus mencari potensi bahan alam sebagai obat melalui penelitian kefarmasian dan mengembangkan produk kesehatan dari bahan alam. (Rilis/Humas)