ITERA NEWS. Dosen dan mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan Institut Teknologi Sumatera (ITERA) mengadakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dalam bentuk sosialisasi tentang Pengaruh anemia dan kurang energi kronis (KEK) terhadap stunting kepada 75 orang siswa kelas XII SMAN 1 Seputih Agung, Lampung Tengah. Dalam kegiatan tersebut dilaksanakan pemeriksaan kesehatan terkait anemia dan KEK.
Kegiatan pengabdian ini diawali dengan materi yang diisi oleh dosen Prodi Teknologi Pangan ITERA, Zada Agna Talitha, S.T.P., M.Si. dan Amalia Wahyuningtyas, S.Si., M.Sc. Zada memaparkan mengenai anemia yang merupakan kondisi kurang darah akibat penurunan jumlah sel darah merah. Lebih lanjut Zada menjelaskan bahwa gejala anemia seperti 5L, sakit kepala dan pusing, mudah mengantuk,dan mata berkunang-kunang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
“Sebagian besar kejadian anemia di Indonesia disebabkan oleh defisiensi zat gizi besi yang seharusnya dapat kita dapat dari pangan baik hewani maupun nabati,” ujar Zada. Selain itu, pemerintah Indonesia juga telah melakukan upaya pencegahan anemia seperti pembagian tablet tambah darah dan fortifikasi Fe pada tepung terigu, tambah Zada.
Sementara Amalia Wahyuningtyas, S.Si., M.Sc., memberikan penjelasan mengenai KEK dan stunting. Kurang energi kronis merupakan keadaan dimana seorang individu mengalami kurangnya asupan zat gizi terutama energi yang dapat di akibatkan oleh penyebab langsung asupan makan dan penyebab tidak langsung yaitu umur, pendidikan, pekerjaan. Kondisi anemia dan KEK pada remaja putri dan wanita usia subur sangat erat kaitannya dengan kejadian stunting.
Kurang energi kronis merupakan keadaan dimana seorang individu mengalami kurangnya asupan zat gizi terutama energi yang dapat di akibatkan oleh penyebab langsung asupan makan dan penyebab tidak langsung yaitu umur, pendidikan, pekerjaan.
Amalia menyebut, kurang gizi khususnya energi dan zat gizi besi pada janin menyebabkan terhambatnya pertumbuhan janin sehingga akan merubah struktur dan fungsi tubuh secara permanen. Risiko hambatan pertumbuhan akan semakin diperparah apabila kejadian kurang gizi pada masa janin diikuti asupan makanan yang kurang pada masa dua tahun pertama kehidupannya. Masa dalam kandungan dan dua tahun pertama kehidupan sangat menentukan kejadian stunting pada masa dewasa.
Pemeriksaan Kesehatan
Setelah pemaparan materi, pemeriksaan kesehatan berupa berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan kadar hemoglobin (Hb). Berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan atas akan menghasilkan indikator untuk KEK sedangkan kadar Hb diperiksa sebagai indikator anemia.
Amalia Wahyuningtyas yang juga koordinator Program Studi Teknologi Pangan ITERA berharap dengan diadakannya sosialisasi ini, kesadaran masyarakat khususnya remaja putri terhadap anemia dan KEK meningkat karena kesiapan calon ibu hamil baik secara fisik maupun psikis patut diperhatikan agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat optimal. Sosialisasi ini juga diharapkan mampu menurunkan prevalensi stunting di Indonesia secara tidak langsung.
Humas SMAN 1 Seputih Agung Asnawati menyambut baik kegiatan para dosen ITERA, dan berharap ilmu yang disampaikan dapat bermanfaat untuk para siswi SMAN 1 Seputih Agung. (Rilis/Humas)